ZONA PINTAR
Select Menu
  • Home
  • Umum
  • PPKN
  • Ekonomi
  • Sejarah
  • Biologi
  • PLH
  • PKWU
  • Matematika
Home » sejarah Indonesia » SPESIMEN (PENGGOLONGAN) MANUSIA HOMO SAPIENS

Kamis, 08 Oktober 2015

SPESIMEN (PENGGOLONGAN) MANUSIA HOMO SAPIENS

Taufani Nurindra Tantri
Add Comment
sejarah Indonesia
Kamis, 08 Oktober 2015


                                 

        SPESIMEN  (PENGGOLONGAN) MANUSIA HOMO SAPIENS

            Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut,




a. Manusia Wajak

Manusia Wajak ( Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. 

Sartono Kartodirjo (dkk) menguraikan tentang temuan itu, berupa tengkorak, termasuk fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Temuan Wajak itu adalah Homo sapiens. Mukanya datar dan lebar, akar hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol sedikit. Dahinya agak miring dan di atas matanya ada busur kening nyata. 

Tengkorak ini diperkirakan milik seorang perempuan berumur 30 tahun dan mempunyai volume otak 1.630 cc. Wajak kedua ditemukan oleh Dubois pada tahun 1890 di tempat yang sama, Temuan berupa fragmen-fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah, serta tulang  paha dan tulang kering. 

Pada tengkorak ini terlihat juga busur kening yang nyata. Pada tengkorak laki-laki perlekatan otot sangat nyata.. Langit-langit juga dalam. Rahang bawah besar dengan gigi-gigi yang besar pula. Kalau menutup gigi muka atas mengenai gigi muka bawah. Dari tulang pahanya dapat diketahui bahwa tinggi tubuhnya kira-kira 173 cm.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia wajak bertubuh tinggi dengan isi tengkorak yang besar. Wajak sudah termasuk Homo sapiens, jadi sangat berbeda ciri-cirinya dengan Pithecanthropus. Manusia Wajak mempunyai ciri-ciri baik Mongoloid maupun Austromelanesoid.

 Diperkirakan dari manusia Wajak inilah sub-ras Melayu Indonesia dan turut pula berevolusi menjadi ras Austromelanesoid sekarang. Hal itu dapat dilihat dari ciri tengkoraknya yang sedang atau agak lonjong itu berbentuk agak persegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang. 

Muka cenderung lebih Mongoloid, oleh karena sangat datar dan pipinya sangat menonjol ke samping. Beberapa ciri lain juga memperlihatkan ciri-ciri ke dua ras di atas.

Temuan Wajak menunjukkan pada kita bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah didiami oleh Homo sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, sehingga manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri. 

Manusia Wajak tidak langsung berevolusi dari Pithecanthropus, tetapi mungkin tahapan Homo neanderthalensis yang belum ditemukan di Indonesia ataupun dari Homo neanderthalensis  di tempat Pithecanthropus erectus ataupun satu ras yang mungkin berevolusi kea rah Homo yang ditemukan di Indonesia.

Manusia Wajak itu tidak hanya mendiami Kepulauan Indonesia bagian Barat saja, akan tetapi juga di sebagian Kepulauan Indonesia bagian Timur. Ras wajak ini merupakan penduduk Homo sapiens  yang kemudian menunjukkan ras-ras yang kemudian kita kenal sekarang. 

Melihat ciri-ciri Mongoloidnya lebih banyak, maka ia lebih dekat dengan sub-ras Melayu Indonesia. Hubungannya  dengan ras Australoid dan Melanesoid sekarang lebih jauh, oleh karena  kedua sub-ras ini baru mencapai bentuknya yang sekarang di tempatnya yang baru. Tetapi memang mungkin juga bahwa ras Austromelanesoid yang dahulu berasal dari Wajak.

b. Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia. Sebuah gua pemukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. 

Sebuah gua yang sangat lebar da tinggi dengan permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa pra-aksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah, yang berada di sekitar bukit dengan kondisi tanah yang datar di depannya.

Liang Bua merupakan sebuah temuan manusia modern awal dari akhir masa Pleistosen di Indonesia yang menakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usul manusia di Kepulauan Indonesia.

Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuan itu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempat ditemukannya fosil manusia Liang Bua.

Pada tahun 1950-an, sebenarnya manusia Liang Bua telah memberikan data-data tentang adanya kehidupan pra-aksara. Saat Th. Verhoeven lebih dahulu menemukan beberapa fragmen tulang manusia di Liang Bua, ia menemukan tulang iga yang berasosiasi dengan berbagai alat serpih dan gerabah. 

Tahun 1965, ditemukan tujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara lain berupa beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakan sebuah situs neolitik dan paleometalik. Manusia Liang Bua mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dengan volume otak 380 cc. 

Kapasitas kranial tersebut berada jauh di bawah Homo erectus (1.000 cc), manusia modern Homo sapiens (1.400 cc), dan bahkan berada di bawah volume otak simpanse (450 cc).

Pada tahun 1970, R.P Soejono dari pusat Penelitian Arkeologi Nasional melanjutkan penelitian beberapa kerangka manusia yang ditemukan di lapisan atas, temuan itu sebanding dengan temuan-temuan rangka manusia sebelumnya. Hasil temuan itu menunjukkan bahwa Manusia Liang Bua secara kronologis menunjukkan hunian dari fase zaman Paleolitik, Mesolitik, dan Neolitik.

Menurut Teuku Jacob, Manusia Liang Bua secara kultural berada dalam konteks zaman Mesolitik, dengan ciri Australomelanesid, yaitu bentuk tengkorak yang memanjang. Tahun 2003 diadakan penggalian oleh R.P. Soejono dan Mike J. Morwood, bekerjasama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan University of New England, Australia. 

Penggalian itu menghasilkan temuan berupa sisa manusia tidak kurang dari enam individu yang menunjukkan aspek morfologis dan postur yang sejenis dengan Liang Bua1, yang mempunyai kesamaan dengan alat-alat batu dan sisa-sisa binatang komodo dan spesies kerdil gajah purba jenis stegodon.

Temuan itu sempat menjadi bahan perdebatan mengenai status taksonominua, benarkah Manusia Liang Bua itu termasuk dalam spesies baru, yaitu Homo florensiensis, atau sebagai satu jenis spesies yang telah ada di kalangan genus Homo?

Dalam pengamatan yang lebih mendalam terhadap manusia Flores itu, ternyata ada percampuran antara karakter kranial yang cukup menonjol antara karakter Homo erectus dan Homo sapiens. 

Seluruh karakter kranio-fasial dari manusia Liang Bua 1 (LB1) dan Liang Bua 6 (LB6) menunjukkan dominasi karakter arkaik yang sering ditemukan pada Homo erectus, walaupun beberapa aspek modern Homo sapiens juga sangat terlihat jelas.

Namun demikian, karakter Homo sapiens hendaknya dilihat sebagai atribut tingkatan evolusi dalam spesies ini. Bila dikaitkan dengan masa hidup Manusia Liang Bua sekitar 18.000 tahun yang lalu, maka LB 1 dan LB 6 seharusnya dipandang sebagai suatu dari variasi Homo sapiens.


SUMBER BUKU SEJARAH INDONESIA SMU KELAS X

Suka Artikel? Bagikan: Facebook Twitter Google+

0 Comments

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Entri Populer

  • PILIHAN (CHOICE) DALAM KEGIATAN EKONOMI
    PILIHAN (CHOICE) DALAM KEGIATAN EKONOMI
    Pada situasi tertentu, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan untuk memilih salah satu di antara beberapa alternatif. Memilih suat...
  • PENGEMASAN DAN PERAWATAN PRODUK ALAT KOMUNIKASI DENGAN SUMBER ARUS DC
    PENGEMASAN DAN PERAWATAN PRODUK ALAT KOMUNIKASI DENGAN SUMBER ARUS DC
    Kemasan produk memiliki dua fungsi: fungsi perlindungan terhadap produk dan fungsi identitas. Saat membeli pesawat radio, kita mendap...
  • PENGEMBANGAN KONSEP DESAIN SELUBUNG CASING DAN TAHAPAN BRAINSTORMING, RASIONALISASI, PEMBUATAN PROTOTYPE DAN DESAIN AKHIR
    PENGEMBANGAN KONSEP DESAIN SELUBUNG CASING DAN TAHAPAN BRAINSTORMING, RASIONALISASI, PEMBUATAN PROTOTYPE DAN DESAIN AKHIR
    Beberapa tahap dalam perancangan casing   yang terdiri atas 4 kegiatan yaitu brainstorming atau curah pendapat, rasionalisasi, pembuata...
  • MENGENAL ILMU REKAYASA DAN WIRAUSAHA SERTA ALAT KOMUNIKASI SEDERHANA
    MENGENAL ILMU REKAYASA DAN WIRAUSAHA SERTA ALAT KOMUNIKASI SEDERHANA
    Mengenal Alat Komunikasi Tradisional dan Modern Ilmu rekayasa adalah ilmu yang melibatkan banyak disiplin ilmu lainnya atau diseb...
  • MATERIAL, KOMPONEN DAN SUMBER ARUS ALAT KOMUNIKASI
    MATERIAL, KOMPONEN DAN SUMBER ARUS ALAT KOMUNIKASI
    Material dan Komponen Alat komunikasi dengan teknologi elektronik yang tergolong ke dalam alat elektronik, terdiri dari bagian da...
  • PROSES DAN ALAT PRODUKSI ALAT KOMUNIKASI
    PROSES DAN ALAT PRODUKSI ALAT KOMUNIKASI
    Proses produksi alat komunikasi dengan teknologi elektronik terdiri dari dua (2) tahapan utama yaitu pembuatan rangkaian elektronik dan...
  • CARA MEMBUAT PRODUK ALAT KOMUNIKASI SEDERHANA DENGAN SUMBER ARUS DC
    CARA MEMBUAT PRODUK ALAT KOMUNIKASI SEDERHANA DENGAN SUMBER ARUS DC
    Pesawat radio adalah salah satu produk rekayasa penangkap gelombang radio yang paling sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-har...
  • APA SAJA YANG TERMASUK FAKTOR FUNGSI KENYAMANAN DAN ESTETIK ALAT KOMUNIKASI
    APA SAJA YANG TERMASUK FAKTOR FUNGSI KENYAMANAN DAN ESTETIK ALAT KOMUNIKASI
    Alat komunikasi saat ini kita kenal dengan sebutan gadget (baca: gejet). Gadget, meskipun arti sebenarnya adalah alat yang sangat berg...
  • TOKOH-TOKOH PARA PENEMU TEORI SEL
    TOKOH-TOKOH PARA PENEMU TEORI SEL
    Perkembangan teori sel didukung oleh peralatan dan teknik mikroskopis yang semakin canggih saat ini.                               ...
  • SITUS TRINIL, NGAWl, JAWA TIMUR
    SITUS TRINIL, NGAWl, JAWA TIMUR
                                                      SITUS TRINIL, NGAWl, JAWA TIMUR Sebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois meng...

Mengenai Saya

Foto Saya
Taufani Nurindra Tantri
Hanya seorang yang tak tahu apa-apa yang selalu ingin tahu tentang apa-apa
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

  • ►  2022 (1)
    • ►  September (1)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (11)
    • ►  Juni (9)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2016 (31)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Januari (15)
  • ▼  2015 (12)
    • ▼  Oktober (8)
      • MANUSIA WAJAK
      • SPESIMEN (PENGGOLONGAN) MANUSIA HOMO SAPIENS
      • SITUS TRINIL, NGAWl, JAWA TIMUR
      • SITUS SANGIRAN
      • PENEMUAN FOSIL MANUSIA DI INDONESIA
      • MANUSIA PURBA DI ZAMAN PRA-AKSARA
      • HOMO SAPIENS
      • RAS NEGRITO DAN WEDDID
    • ►  September (4)

Find Us On Facebook

Label

  • Biologi
  • ekonomi
  • Matematika
  • Pendidikan Lingkungan Hidup
  • pengetahuan umum
  • PKWU/Keterampilan/Dunia Usaha
  • PPKN
  • sejarah Indonesia

Label

  • Biologi
  • ekonomi
  • Matematika
  • Pendidikan Lingkungan Hidup
  • pengetahuan umum
  • PKWU/Keterampilan/Dunia Usaha
  • PPKN
  • sejarah Indonesia

Label

  • Biologi
  • ekonomi
  • Matematika
  • Pendidikan Lingkungan Hidup
  • pengetahuan umum
  • PKWU/Keterampilan/Dunia Usaha
  • PPKN
  • sejarah Indonesia
Copyright 2013 ZONA PINTAR - All Rights Reserved
Template by Dian Anarchyta - Powered Blogger